Friday, August 04, 2006

Bandung Love Story


Seperti layaknya film Tokyo Love Story, ternyata Kota Bandung tidak kalah dahsyatnya dalam menampilkan sisi tersebut. Memang bedanya, Tokyo Love Story difilmkan dan menjadi sesuatu yang pernah sangat diminati. Bandung, hampir sama melalui film ‘Jomblo’nya yang terlalu menyederhanakan makna cinta.
Bagi saya, film kehidupan di Bandung inilah yang menjadikannya tetap hidup. Bukan untuk dikatakan dan dipublikasikan, hanya untuk dirasakan alirannya. Bila saya adalah udara, cinta adalah anginnya; bila saya adalah air laut, cinta adalah ombaknya -begitulah definisi yang coba disederhanakan oleh Anis Matta.
Memang sesuatu yang berharga dan indah seringkali harus disembunyikan, bukan dilupakan, hanya untuk dijaga agar tetap berharga. Some words are better remain unspoken, some feeling are better unsaid. Saya tidak percaya pada yang namanya jatuh cinta, yang ada adalah belajar untuk mencintai.

6 comments:

Margaretha Christiany said...

lucu juga..ga nyangka kamu nulis yang beginian, Luh..Diteruskan ya..I enjoy it koq...

Galuh S Indraprahasta said...

Makasih Etha... sepertinya tulisan ini terlalu filosofis

Anonymous said...

ternyata galuh suka film "Tokyo Love Story"...?? :D

Anonymous said...

Hm...i don't agree what you had write before...but thats ok..that's your choice...

Rachmawati said...

Tokyo love story??? hmmm... one of inspiring film, at least for me :).
Menonton film itu di saat yang tepat kayaknya, jadi ada kesan khusus terhadap film ini :D.

But I do think, someone can fall in love, even if she/he doesn't want to... or probably doesn't realize about it yet :).

pupuk organik said...

pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik