Monday, April 02, 2007

In The Middle of Chances or Nothing (bagian 2)

Pada zaman ini, dimana Eropa sedang diselimuti awan kebodohan, dikenallah peradaban Kekhalifan Islam. Peradaban yang dimulai dengan peradaban di Madinah sampai puncaknya di Bagdad dan Andalusia. Dua peradaban besar (Ancient Greek dan Roman Emperor) sebelumnya mengajarkan beberapa konsep dasar ke-planologian yang diantaranya adalah sistem zoning, public parks, public goods, dan estetika bangunan. Peradaban Kekhalifan Islam mengajarkan konsep-konsep lanjutan yang juga akan berpengaruh pada peradaban sekarang. Konsep good governance (GG) diterapkan pertama kali saat Piagam Madinah. Konsep GG pada intinya bagaimana pemerintah dapat menerapkan prinsip-prinsip GG seperti akuntabilitas, transparasi, partisipasi, dan sebagainya yang berbeda definisinya tergantung lembaga mana yang mendefinisikannya. Dalam Piagam Madinah diterangkan arti pemerintahan dan arti kewarganegaraan secara formal yang dalam pelaksanaanya mentransformasi nilai-nilai Rasulullah Muhammad SAW yang siddiq (jujur, benar), amanah (akuntabel), fathanah (konstruktif), tabligh (komunikatif, kooperatif, koordinatif) yang bermuara pada al-amien (the trusted). Trust adalah komponen utama pembentuk social capital. Musyawarah yang sering dilakukan di zaman itu pada hakikatnya merupakan bentuk demokrasi “rembugan”. Dalam demokrasi model ini maka analisis SWOT dan partispasi publik menjadi saringan utama dalam definisi menuhankan rakyat dalam arti vox populi, vox dae (suara rakyat, suara tuhan). Karena pada intinya suara rakyat akan menjadi suara tuhan jika tidak hanya berdasar pada suara terbanyak, tetapi pada suara terjernih.

Konsep public services juga sudah sangat baik, hal ini ditandai dengan didirikannya beberapa rumah sakit gratis dengan pelayanan terbaik dan terbersih. Pada zaman ini pula dikenallah seseorang yang bernama Ibnu Sina (Avicenna) yang dikenal sebagai Bapak Kedokteran. Jalan-jalan pun tidak ada yang berlubang atau jika memakai istilah sekarang di-hot mix. Begitu pun dengan public places dan public services lainnya yang sangat diperhatikan. Tidak berbeda dengan dua peradaban besar sebelumnya, estetika bangunan juga dipelihara meskipun tidak semegah arsitektur Yunani dan Romawi. Pada peradaban ini juga mulai dikenal dengan beberapa konsep pembiayaan pembangunan yang adil dengan menarik sejenis pajak kepada masyarakat dan mendistribusikannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembangunan, penyediaan public services dan public goods. Dalam zaman itu, ke-planologian tidak hanya berkembang secara fisik tetapi juga non-fisik terutama dalam bidang government dan finance.

Jika kita pernah menonton film Robin Hood: Prince of Thieves (1991) yang dibintangi oleh Kevin Costner, kita akan mengetahui perbandingan peradaban Islam di Andalusia dan Eropa (Inggris) saat The Darkest Ages. Diceritakan, Robin Hood mempunyai teman yang bernama Azeem (diperankan oleh Morgan Freeman) dan pada suatu saat Azeem meminjamkan teropongnya kepada Robin. Saat Robin melihat melalui teropongnya, ia terbelalak kaget karena bisa melihat objek yang jauh menjadi begitu dekat. Itulah salah satu ilustrasi adanya gap peradaban antara Eropa dan Kekhalifan Islam pada zaman itu.

Setelah peradaban Kekhalifan Islam berakhir yang ditandai dengan terebutnya Andalusia dengan cara tidak manusiawi, dimulailah zaman Eropa baru yang dikenal dengan Renaissance. Sebagai catatan, Kekaisaran Romawi Lama yang berpusat di Roma (Italia) dalam pekembangannya tidak mempunyai pengaruh pada Romawi Byzantum (Baru) yang berpusat di Konstantinopel. Setelah keruntuhan Romawi Lama, tidak ada hubungan antara Roma dengan Konstantinopel. Pada zaman The Darkest Ages di Eropa, tanah bekas Romawi Lama disebut sebagai Eropa, adapun Romawi Byzantum (yang hidup sezaman dalam The Darkest Ages) tidak termasuk ke dalam Eropa.

Kebangkitan Renaissance dimulai di kota-kota Italia seperti Venesia, Genoa, dan Florence. Jika kita mengkuti perkembangan sepakbola Italia, ketiga kota tersebut mempunyai klub-klub sepakbola yang bernama AC Venezia, Sampdoria, dan AC Fiorentina. Pernah mendengar Las Vegas? Kota judi yang sangat terkenal. Begitupun dengan Florence yang saat itu menjadi kota judi dunia. Secara ke-planologian, kota-kota berkembang dengan pusat-pusat tertentu. Ada yang berkembang karena sebagai pusat militer, pertambangan, perdagangan, dan bahkan judi. Tetapi tampaknya keruntuhan Florence akibat menjadi pusat judi, bisa menjadi pembelajaran yang berharga bagi pemerintah Indonesia untuk tidak membuat kebijakan bejat dalam melegalkan judi seperti di Batam, Jakarta, Semarang, dan Surabaya. History is not just an accumulation of facts but it is a story to learn and to face for a better future.


Pada akhirnya Italia runtuh, dan digantikan oleh Inggris (United Kingdom). Hal ini sama persis dengan mulai runtuhnya peradaban sepakbola Italian Seri-A yang diikuti dengan semakin bersinarnya English Premier League. Pada zaman ini dikenal istilah gold, gospel, and glory yang menandai dimulainya ekpansi kolonial. Tampaknya Thomas L. Friedman terlambat menerbitkan idenya dalam sebuah buku yang berjudul The World is Flat yang belum lama diluncurkan baru-baru ini. Orang-orang Eropa tampaknya sudah menyadari jika dunia ini memang sudah datar oleh karena itu ekspansi kolonial (termasuk ekonomi) wajib hukumnya.

Apa implikasinya bagi dunia ke-planologian? Secara kewilayahan, Eropa mulai memperbaiki infrastruktur fisik dan sistem ketatanegaraannya. Orang mulai kembali membangun Eropa yang lebih civilized meskipun Eropa tidak pernah akur sampai tahun 1950-an. Kebijakan kolonialisme yang menguntungkan Eropa tentunya mempercepat pembangunan di Eropa dan menggrogoti pembangunan di Amerika Selatan, Afrika, dan Asia.

Di saat-saat kolonialisme inilah muncul definisi core-periphery global. Definisi ini menjelaskan bahwa ada daerah core yang berarti pusat dan periphery yang berarti daerah pinggiran. Dalam teori umum, periphery adalah daerah pendukung core. Tetapi pada kenyataannya, core malah menghisap periphery sehingga terjadi ketimpangan luar biasa. Dalam konteks global core tersebut adalah negara-negara kolonial Eropa, dan periphery-nya adalah negara-negara di Amerika Selatan, Afrika, dan Asia. Ternyata konsep ini terbawa ke Indonesia dimana Jakarta telah menjadi main core; Surabaya menjadi second core. Hal yang sangat berbahaya yang pada akhirnya menyebabkan ketimpangan yang kita bisa lihat sekarang ini. Jadi bukan hanya salah mereka (baca: rakyat Aceh dan Papua), jika Aceh dan Papua merasa harus merdeka.

Pada rentang tahun 1700-an sampai sekaranglah perencanaan di Eropa mulai mentransformasi diri. Definisi perencanaan mulai mengalami perubahan secara ilmiah. Pada awalnya Eropa menganut perencanaan artistitk yang diperlihatkan dengan bangunan-bangunan yang khas kuno (masih terlihat sampai sekarang). Kemudian timbul mazhab baru yang mengatakan bahwa tidak penting artistik, yang terpenting adalah fungsinya. Setelah itu muncul pendapat lagi jika perencanaan tidak diperlukan lagi karena membuat masyarakat tidak bekembang. Hingga pada akhirnya muncul istilah participatory planning (perencanaan partisipatif) yang sekarang latah diucapkan oleh orang yang jago atau sekedar sok jago.

Kembali ke Inggris... Pada saat kemapanan Eropa, Inggris adalah negara super power dunia dengan revolusi industrinya yang terkenal. Revolusi industri ini telah merubah pola kota menjadi lebih bervariasi yaitu menempatkan pabrik di daeral sub-urban. Pada saat itu, engineering berkembang begitu pesat. Di zaman Ancient Greek, Roman Emperor, Kekhalifan Islam, sampai dengan medio Renaissance, science mendapatkan tempat yang tinggi. Namun science berkembang terus menuju engineering yang akan merubah dunia menjadi semakin cepat.

Di era inilah industri-industri mulai menguasai dunia dan muncullah soft-leader industry-private yang dikenal dengan nama industrial engineering (teknik industri) sebagai konsekuensi kebutuhan akan keteknikan industri diluar teknik metalurgi, mesin, fisika, dan kimia. Ceritanya akan berlanjut lagi dengan nostalgia teknik industri…

Bersambung



8 comments:

Anonymous said...

hooo....kok ada teknik industrinya segala nih....hehhe

-liva-

Anonymous said...

bisa menulis dengan bahasa anak elektro ga luh?

-amir-

Galuh S Indraprahasta said...

*U/ Aliva: Iya, kebetulan saya paham Teknik Industri. Sayang, saking pahamnya saya ga jadi masuk n baru sadar: "kayaknya enak juga masuk sana ya"

*U/ Amir: Jujur ya, cita-cita saya ya dulu bisa buat robot and video game tapi belakang (kelas 3 SMU), jadi ga senang lagi sama gituan. Btw, PMDK saya di elektro UI ga diterima, jadilah saya milih ITB meski ga elektro. Benar2 ga siap UMPTN waktu itu. Jadi ya... elektro tetap jadi kenangan masa lalu

Anonymous said...

ck ck ck..baru kali ini saya melihat manusia dengan kecenderungan mengambil semua..., TI mau di babat.. elektro tak terbabat

-amir_

Trian Hendro A. said...

wah, let me guess..

S2, Electrical Planning
S3, Industrial Planning

:P

Rachmawati said...

Rachma nebaknya... hmm, s3nya...

*let me know what field of your doctoral program, so I will not misunderstand your major again :D

Anonymous said...

[url=http://akreoplastoes.net/][img]http://akreoplastoes.net/img-add/euro2.jpg[/img][/url]
[b]buy computer software online, [url=http://rastimores.net/]office 2007 enterprise edition[/url]
[url=http://rastimores.net/][/url] autocad hatch patterns buy software licenses
microsoft office professional software [url=http://rastimores.net/]education software prices[/url] buy the photoshop
[url=http://akreoplastoes.net/]free adobe softwares[/url] www macromedia com software flash
[url=http://rastimores.net/]adobe macromedia flash software[/url] office software student discount
microsoft image software [url=http://akreoplastoes.net/]buy new photoshop[/url][/b]

Anonymous said...

Just popping in to say nice site.