Thursday, March 29, 2007

The Missing Radio Channel

Instrumen lembut Kitaro yang senantiasa hadir pukul 23.00 WIB ke atas mengantar saya tidur pulas sambil merenung, mendengar segala kisah manusia yang tercurah dalam channel ini. Sambil terkadang berpikir sendiri, jika saya seperti dia, apa yang akan saya lakukan. The rhythm spread into my silent mind while resting from all day-long activities. Stretching the rigid bones when the night-reflection speaker soften his voice.

From the end of third grade until the end of my study at ITB, I had been listening to this channel which became a friend whom I never spoke to. All those days, I still remembered that it gave me courage when I was tired.

Sebuah channel radio yang menemani malam panjang saya dari mengerjakan tugas kuliah yang tiada hentinya menyapa dan aktivitas kampus yang tidak pernah tak padat. Memberikan inspirasi saat ide sudah kosong dan menjernihkan pikiran saat suntuk datang.

Melayani pagi saya dengan kajian-kajian cerdasnya sambil jari-jari mengetik Tugas Akhir yang kejar tayang. Atau sekedar mendengar semangat orang-orang tua yang ingin bacaan dan hafalan Qurannya didengar oleh seorang ustdaz.

Sebuah channel radio di Bandung yang dimulai sesaat setelah adzan subuh hinggal pukul 24.00 WIB, yang bagi sebagian kalangan kehadirannya mampu memberikan warna tersendiri. Entah bagaimana nasibnya kini pasca poligami sang inisiator (Aa Gym) karena masyarakat masih senang bergunjing daripada mengambil inti persoalan dan kebaikan umum.

Bagi warga Bandung dan sekitarnya, MQ FM yang merupakan anak perusahaan dari MQ Coorporation sudah tidak asing lagi. Termasuk saya, apalagi saat-saat akhir tingkat tiga, tingkat empat, hingga akhir tingkat lima semasa kuliah di ITB. Sebenarnya sudah sejak tingkat satu saya mengenalnya namun dengan nama MQ AM (karena belum tersedia pada channel FM).

Itulah channel MQ FM, yang telah ter-default baik di radio saya, meskipun pada akhirnya daya tangkapnya menurun karena antena radio saya secara tidak sengaja saya patahkan pada waktu setengah tersadar dari tidur.

For whom I never forget and always miss. No Bogor radio channels are equal as MQ FM.

2 comments:

Amorita Kurnia Dewi said...

aku juga suka dengerin radio MQ, dia udah jadi temanku sehari-hari. bahkan aku tak pernah memindah channel radioku.

eh, sebetulnya aku juga bikin tulis yang mirip dengan galuh lho. tentang nostalgia bersama radio MQ, tapi hilang dan lupa aku save. ntar aku bikin lagi deh ^_^

Rachmawati said...

bukannya ada versi streaming internetnya ya? jadi masih bisa dibrowse dari bogor :)